"Pencurian ternak kerbau merupakan tindak pidana yang sering terjadi di masyarakat pedesaan dan menjadi masalah serius, termasuk di Desa Baru, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Tebo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola dan modus operandi pencurian ternak kerbau, mengevaluasi efektivitas hukum adat dibandingkan hukum pidana Islam dalam penyelesaian kasus, serta mengidentifikasi kendala teknis, yuridis, dan sosial yang dihadapi, beserta solusi yang dapat diterapkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-empiris dengan metode studi kasus, yang memadukan pengumpulan data lapangan melalui wawancara dengan tokoh masyarakat, aparat desa, dan korban, serta analisis data hukum terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencurian ternak kerbau di Desa Baru umumnya dilakukan pada malam hari dengan modus membuling kerbau, menyembunyikannya di hutan, atau menyembelihnya langsung jika situasi tidak memungkinkan. Hukum adat lebih sering digunakan dalam penyelesaian kasus karena prosesnya cepat dan mengutamakan harmoni sosial, sedangkan hukum pidana Islam diterapkan pada kasus yang melibatkan pelaku luar desa atau kerugian besar. Sementara itu, hukum positif dalam bentuk pelaporan ke kepolisian jarang digunakan karena dianggap kurang efektif oleh masyarakat akibat proses yang panjang dan biaya yang tidak sedikit. Kendala utama dalam penanganan kasus meliputi jarak kandang yang jauh, kurangnya pengamanan, dan keterbatasan pemahaman hukum masyarakat. Solusi yang diusulkan mencakup penguatan sistem keamanan desa, penyuluhan hukum, serta pemberdayaan hukum adat yang sejalan dengan prinsip ta'zir dan ishlah dalam hukum Islam.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa hukum adat memiliki peran dominan dalam penanganan kasus pencurian ternak di Desa Baru dan terbukti sejalan dengan nilai-nilai keadilan dan harmoni sosial dalam hukum Islam.
"