Pemahaman tentang tafsiran ayat poligami yang kurang mendalam
mengakibatkan banyak kesalahpahaman dan dianggap kontroversial. Tafsiran ayat
yang dimaksud adalah Qs. An-Nisa’ ayat 3 dan 129. Jika hanya dimaknai secara
umum ayat 3 seakan membolehkan menikahi perempuan sampai empat dengan
syarat adil sedangkan pada ayat 129 menegaskan bahwa manusia tidak bisa berlaku
adil perihal hati, pemahaman terbatas tentang tafsiran kedua ayat ini yang
menyebabkan perdebatan antar pemikir satu dengan pemikir yang lain. Peneliti
tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang ayat poligami dengan mencoba
mengkomparasikan pandangan dari dua tokoh mufasir. Peneliti mengambil
penafsiran tokoh Kariman Hamzah dan Sayyid Quthb .
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tafsiran ayat poligami menurut
kitab Al-lu’lu’ Wa al-Marjan Fi tafsir Al-Qur’an dan kitab Fi Zhilal Al-Qur’an.
Bagaimana kemudian menjelaskan persamaan dan perbedaan tafsiran dari kedua
kitab tafsir tersebut. Penelitian ini menghasilkan tiga kesimpulan. Pertama, tafsiran
poligami dalam kitab Al- lu’lu’ Wa al-Marjan Fi tafsir Al-Qur’an dan kitab Fi Zhilal
Al-Qur’an merupakan syariat yang mengandung syarat berat yaitu adil dan ayat ini
berhubungan dengan penjagaan anak yatim perempuan. Kedua, persamaan dari
tafsiran kedua kitab tersebut terletak pada metode yang digunakan, serta pemaknaan
adil dalam poligami. Sedangkan perbedaan penafsiran poligami dari kedua kitab
yaitu Al-lu’lu’ Wa al-Marjan Fi tafsir Al-Qur’an dan kitab Fi Zhilal Al-Qur’an yaitu
Kariman Hamzah mengatakan bahwa ayat poligami pada An-Nisa’ ayat 3
mengandung perintah monogami. Sedangkan menurut Sayyid Quthb poligami
merupakan keringanan yang boleh dilakukan asal sesuai dengan aturan syariat
islam dan memenuhi syarat.