Riset ini dilatarbelakangi mengenai zikir, yang merupakan salah satu ibadah
yang sangat mudah untuk dilakukan, karena tidak terbatas oleh waktu dan tempat.
Zikir juga mempunyai banyak manfaat, tidak sedikit kelompok masyarakat
menjadikan zikir sebagai tradisi. Demikian pula di Desa Rantau Panjang yang saat
ini masih berpegang teguh dengan ada istiadat, terutama pada tradisi Ratib Saman,
yang telah menjadi aspek yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Tradisi ini
dilakukan setiap tahun sekali pada bulan Muharram ketika mereka akan menanam
padi dan munculnya wabah penyakit, seperti demam panas dan cacar. Cara
pelaksanaannya berbeda dari praktik pada umumnya, karena dalam tradisi ini,
mereka berdiri sambil berjalan sembari mengucapkan Lailahaillallah dengan suara
yang lantang. Riset ini bertujuan untuk melihat bagaimana living hadis mengenai
fenomena tersebut.
Riset ini, menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang
menggunakan metode kualitatif dengan menekankan pada sumber tertulis terutama
dengan hal yang berkaitan dengan hadis Imam al-Bukhari no 99, dan termakhtub
dalam QS. Ali- Imran Ayat 191. Riset ini menggunakan teknik pengumpulan data
yang berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Serta menggunakan
pendekatan living hadis.
Hasil dari riset ini menemukan bahwa studi living hadis atas tradisi Ratib
Saman di Desa Rantau Panjang, adanya hubungan antara implementasi praktik
kegiatan Ratib Saman terhadap hadis yang menunjukkan bahwa termasuk dari pada
hadis yang hidup pada masyarakat dalam istilah living hadis. Dengan demikian,
Ratib Saman dalam konsep living hadis tidak hanya menjadi praktik ibadah, tetapi
juga menjadi sarana untuk membentuk karakter individu yang taat kepada ajaran
Islam dan peduli terhadap kesejahteraan sesama.