Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya penafsiran Nur Rofiah mengenai
kewajiban nafkah pada Q.S. An-Nisa>’ [4] : 34 di buku Memecah Kebisuan, yang
tidak sesuai dengan realitas implementasi nas} dan hukum menurut jumhur ulama.
Nur menyebutkan bahwasanya kewajiban yang berlaku selama ini, terkait laki-laki
sebagai penanggung jawab nafkah, hanya bentuk hukum yang berasal dari
konstruksi masyarakat. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengevaluasi
dan merekonstruksi penafsiran tersebut. Melalui urgensi kritik tafsir, penelitian ini
bertujuan mengembalikan pesan utama Q.S. An-Nisa>’ [4] : 34 terkait perintah
kewajiban dari Allah untuk laki-laki agar menjadi penanggung jawab nafkah
istrinya.
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam riset ini adalah kualitatif
bersifat penelitian kepustakaan (library research) dalam teknik deskriptif-analitis
untuk bab 1-3 dan analisis-kritis untuk bab 4-5. Kemudian pendekatan yang
digunakan adalah teknik evaluatif rekonstruktif dari Muhammad Ulinnuha. Teknik
ini merupakan alat khusus kajian kritik tafsir, yang memilik langkah komprehensif
dan sistematik. Guna untuk menghasilkan penelitian yang absah, valid serta
kompleks. Adapun 3 jenis aspek yang diteliti yaitu sisi kualitas, orisinalitas dan
universalitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penafsiran Nur Rofiah terkait penafkah
dalam Q.S. An-Nisa>’ [4] : 34 pada buku Memecah Kebisuan, memiliki tingkat
kualitas dan universalitas yang sedang, namun orisinalitasnya tinggi karena
merupakan kajian lapangan. Selanjutnya riset ini melihat, bahwa penafsiran Nur
Rofiah cenderung memiliki interpretasi yang kurang mendalam dan kurang
konsisten dengan sumber teori yang digunakannya. Kajian ini juga mendapati

adanya beberapa elemen dalam tafsir Nur Rofiah yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar penafsiran Al-Qur’an yang telah disepakati oleh mayoritas ulama.

Penelitian ini menyarankan perkembangan kajian lebih lanjut terkait kritisisasi
tafsir-tafsir modern, serta menggarisbawahi pentingnya pemahaman yang
komprehensif dan kontekstual terhadap nas} dalam upaya penafsiran Al-Qur’an.