Penelitian ini dilatar belakangi oleh hadis yang membahas tentang wanita
memakai parfum yang kerap kali dipahami secara tekstual sebagaimana bunyi
redaksi hadisnya. Namun, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi terutama
dalam konteks zaman saat ini dimana wanita memiliki aktivitas yang hampir setara
dengan laki-laki, seperti bekerja, kuliah, berbelanja, dan lain-lain, yang sering
melibatkan interaksi dengan banyak orang. Dalam situasi seperti ini, tanpa
penggunaan parfum dapat mengganggu kenyamanan orang lain karena munculnya
bau badan yang tidak sedap atau gangguan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat bagaimana kita bisa memahami larangan wanita menggunakan parfum
perspektif M. Syuhudi Ismail.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian pustaka (library reseach), yang merupakan merangkai kegiatan
membaca, mencatat serta mengelola bahan penelitian melalui kegiatan takhrij hadis
bi al-lafdzi pada kitab al-Kutub al-Tis’ah dan menggunakan metode ma’anil hadis
M. Syuhudi Ismail dengan mengidentifikasi teks hadis, konteks, dan
kontekstualisasi hadis.
Hasil dari penelitian ini ialah pemahaman hadis tentang wanita yang
menggunakan parfum dianggap sebagai seorang pezina adalah pemahaman
tekstual. Hal tersebut jika dibaca dan diterapkan pada zaman sekarang kurang
relevan karena parfum sudah menjadi bagian kebersihan badan. Oleh karena itu,
larangan menggunakan parfum bagi wanita tidak bersifat mutlak, sehingga wanita
dapat menggunakannya dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang menjadi
kebolehan dalam agama serta tidak menjadikan parfum atau wewangian dan
semacamnya sebagai bentuk untuk menarik perhatian laki-laki. Akhirnya peneliti
merekomendasikan kepada seluruh umat islam untuk tidak memahami hadis hanya
secara dzahir teksnya saja, melainkan harus dipahami secara kontekstual juga.
Terutama pemahaman pada hadis bias gender, yang apabila di artikan hanya secara
tekstual bisa mengakibatkan pembatasan aktivitas yang berlebihan pada salah satu
gender.