Logo UIN

Digital Library - UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

TAZKIYATUN NAFS DALAM PANDANGAN IBNU KATSIR DAN M. QURAISH SHIHAB (STUDI MUQARAN)

Ibnu Hottob, Umar (2024) TAZKIYATUN NAFS DALAM PANDANGAN IBNU KATSIR DAN M. QURAISH SHIHAB (STUDI MUQARAN). Other thesis, UIN STS JAMBI.

Full text not available from this repository.

Abstract

Perilaku yang dilakukan seseorang memiliki hubungan yang erat dengan
jiwa. Oleh sebab itu manusia memiliki potensi untuk melakukan kebaikan dan
keburukan sesuai dengan sifat kejiwaan. Maka sangat dibutuhkan adanya cara
atau jalan untuk membina perilaku yang buruk, didalam kajian Islam dikenal
dengan sebutan tazkiyatun nafs tujuanya agar jiwanya dapat dibersihkan. Oleh
sebab itu, seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan kebaikan dan
keburukan berdasarkan dengan kebiasaan kejiwaan. Maka tazkiyatun nafs
berperan sebagai usaha untuk memaksimalkan peran sifat baik dari sifa jiwa dan
usaha mengurangi peran buruk dari jiwa. Alah menciptakan jiwa manusia sesuai
dengan tabiat manusia itu sendiri. Salah satu persoalan di tengah-tengah
masyarakat yang perlu di perbaiki adalah keperluan terhadap pembersihan jiwa

(tazkiyatun nafs) agar tercipta perilaku yang baik dan mulia khususnya di tengah-
tengah masyarakat.

Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library
Research), dengan sumber utama Tafsir Al-Qur‟anul „Azim karya Imam Ibnu
Katsir dan Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Penelitian ini
menggunakan metode Muqaran dengan teknik pengumpulan data berupa
dokumentasi.
Hasil penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa antara Ibnu Katsir dan
M. Quraish Shihab memiliki perbedaan dalam megartikan ataupun upaya menuju
penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) terdapat pada QS. Al-A‟la ayat 14-15 Ibnu Katsir
mengartikan kata dari mengingat nama Tuhan dan mengerjakan shalat itu
diartikan dengan “mengeluarkan zakat dan harta.” Sedangkan oleh M. Quraish
Shihab Memahami ayat di atas, tidak cenderung menyetujuinya. “Memang benar
bahwa Al-Qur‟an menggandengkan shalat dan zakat, tetapi penyebutannya selalu
mendahulukan shalat baru zakat.” Lalu dalam mengartikan tazkiyatun nafs pada
QS. Asy-Syam ayat 9-10 Ibnu Katsir mengartikan kata dari sungguh rugi orang
yang mengotori jiwanya itu mengandung makna bahwa ”Sungguh merugi orang
yang dikotorkan jiwanya oleh Allah.” Sedangkan makna yang dikemukakan oleh
M. Quraish Shihab ini lebih baik, karena ia lebih mendorong seseorang untuk
melakukan penyucian jiwa dan peningkatan diri. “Bahwa sebenarnya manusia
diciptakan oleh Allah memiliki potensi yang besar guna meraih kebajikan selama
ia tidak memendanya”

Item Type: Thesis (Other)
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Studi Agama > Ilmu Al quran dan Tafsir
Depositing User: Perpustakaan UIN STS Jambi
Date Deposited: 28 May 2025 06:21
Last Modified: 28 May 2025 06:21
URI: http://digilib.uinjambi.ac.id/id/eprint/739

Actions (login required)

View Item
View Item