Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesalahan sebagian masyarakat
dalam memahami makna ayat yang terkait dengan amar ma’ru>f nahi> munkar
di dalam al-Qur’an. Kesalahan tersebut akhirnya melahirkan sikap radikal,
ekstrem, dan bahkan abai dengan perintah Allah SWT tentang amar ma’ru>f
nahi> munkar. Padahal, amar ma’ru>f nahi> munkar adalah perilaku yang mulia
dan diperintahkah dalam agama, serta memiliki aturan, sebagaimana tertulis
dalam al-Qur’an.
Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif berbentuk
studi perpustakaan (library research), dengan menggunakan metode
deskriptif-analisis. Objek penelitian studi ini adalah Tafsi>r Al-Ibri>z karya
K.H. Bisri Mustofa, yang berkaitan dengan ayat-ayat amar ma’ru>f nahi>
munkar.
Hasil temuan dalam penelitian ini menyatakan bahwa amar ma’ru>f
nahi> munkar menurut K.H>. Bisri Mustofa adalah diharuskan bagi semua
orang karena penegakan amar ma’ru>f nahi> munkar dapat mendatangkan
manfaat atau maslahat bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu, bagi K.H.
Bisri Mustafa salah satu ciri umat yang terbaik adalah mereka yang beriman
pada Allah SWT. dengan menegakkan amar ma’ru>f nahi> munkar.
Menurut Bisri Mustofa, kata minkum dalam QS. Ali Imran ayat 104
diartikan sebagai setiap orang. Hal ini dipengaruhi oleh terobosan terbarunya
tentang amar ma’ruf nahi munkar dan latar belakang sosial yang pernah
berjuang dengan tentara Hizbullah. Dan kata kuntum di QS. Ali Imran ayat
110 Bisri Mustofa menafsirkannya sebagai umat Islam, sebab
membandingkannya dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang tidak beriman.
Sehingga pada ayat ini menurut Bisri Mustofa, kewajiban amar ma’ruf nahi
munkar adalah kewajiban setiap orang. Karena kata minkum dalam ayat
tersebut diartikan sebagai “kalian semua”. Jadi hukum amar ma’ruf nahi
munkar adalah fardhu ‘ain.