Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya ajakan-ajakan untuk
mencintai, mengagungkan dan memuliakan Rasul SAW dan para Ahlul Bait yang
disampaikan melalui berbagai metode dakwah dengan menggunakan berbagai
media daring maupun luring oleh para Muballigh, da’i dan Penceramah. Berbagai
upaya dilakukan agar penyampaian itu telihat unik dan menarik sehingga
membuat adanya suatu istilah da’i kondang atau terkenal. Namun dibalik itu
semua istilah upah dan tarif seringkali dikaitkan dan menjadi perbincangan. Hal

ini dibicarakan dalam Al-Qur’a>n surah Asy-Syu>ra> ayat 23 dalam konteks Al-
Mawadda fi Al-Qu>rba mengenai bagaimana rasul berdakwah menyampaikan

tugas dan menyeru kaumnya. Konteks Al-Mawadda fi Qurba> sendiri ditafsir oleh
para mufaasir dengan berbagai pandangan dan pendapat khusunya dalam
penafsiran Inbu Katsir dan M. Quraish Shihab.
Dalam penelitian ini, secara keseluruhan merupakan studi kepustakaan
(Library Research) dengan metode Muqa>rran menjadi suatu pendekatan yang di
gunakan, membandingkan (komparasi) mengenai surah Asy-Syu>ra> ayat 23 antara
dua pemikiran tokoh ahli tafsir era klasik Ibnu Katsir dengan tafsir Bil Ma’tsur
dan era kontemporer M. Quraish Shihab dengan tafsir Bil Ra’yi.
Temuan dari hasil penelitian ini ialah bahwa perbedaan dari tafsir Ibnu
Katsir mengkhususkan ayat ini untuk orang-orang musyrik dari kalangan kaum
Quraisy sedangkan intrepertasi M. Quraish Shihab dalam tafsir nya menyatakan
bahwa ayat ini untuk keseluruhan orang-orang dari kalngan kaum Quraisy.
Secara ringkasnya Ibnu katsir mengartikan Al-Mawaddah fi Al-Qurba> dengan
kasih sayang dalam kekeluargaan, sedang M. Quraish Shibah mengartikannya
dengan cinta dan harapan.