Riset ini dilatarbelakangi salah satu fenomena yang terjadi saat ini adalah
tolong menolong yang seharusnya dilakukan tanpa pamrih atau balasan.
dikarenakan seiring berjalannya waktu pada kenyataanya, sebagian besar
masyarakat Desa Setiris berpikir bahwa prinsip ta'awun ini berguna untuk dirinya
sendiri. Padahal, tujuan utama diadakannya ta'awun ini adalah untuk membantu
pihak yang sedang mengadakan perhelatan besar di desa tersebut yang
membutuhkan biaya yang cukup besar. Pola pikir seperti ini berdampak pada
jumlah uang yang diterima oleh setiap keluarga menjadi berbeda-beda, keluarga
dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas cenderung akan menerima uang
jauh lebih banyak dari keluarga menengah ke bawah. Salah satu alasannya adalah
karena masyarakat mengira keluarga menengah ke atas lebih mampu
mengembalikan jumlah uang tersebut dibandingkan dengan keluarga dengan
ekonomi menengah ke bawah.
Riset ini, menggunakan Jenis penelitian lapangan (field research) dan
menggunakan metode kualitatif dengan menekankan pada sumber tertulis
terutama hal yang berkaitan dengan Hadis Sunan At-Tirmdzi No.1425. Riset ini
menggunakan Teknik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Hasil dari riset ini menemukan bahwa prinsip ta’awun penting dilakukan
sesuai dengan spirit hadis dikarenakan setiap apa pun yang dilakukan harus
berlandaskan pada hukum Islam. Pelaksanaan pekat sekampung yang juga
menggunakan prinsip ta’awun berperdomankan kepada hadis tentang tolong
menolong. Adapun aplikasi ta’awun perspektif hadis terhadap tradisi pekat
sekampung Desa Setiris tetap berlandaskan Al-Qur‘an dan hadis serta didasari
oleh keinginan setiap masyarakat desa Setiris untuk saling membantu
meringankan beban satu sama lain. Kegiatan pekat sekampung ini biasanya
diadakan pada malam kamis. Setiap minggu cuma boleh ada satu hajatan saja
dikarenakan untuk meringankan masyarakat untuk menyumbang.