Pemilihan kepala daerah (Pilkada) atau pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana
perwujudan dari sistem demokrasi. Rakyat memiliki hak untuk memilih kepala daerah.
Dalam praktiknya, penyelenggaraan Pilkada tidak akan terlepas dari fenomena
pelanggaran. Di antara fenomena – fenomena pelanggaran tersebut adalah perilaku
aparatur sipil negara (ASN) dalam menciptakan dan memperlihatkan perilaku yang
netral. Pada era reformasi ternyata masih ditemukan adanya mesin birokrasi yang
terlibat politik praktis. Tugas Aparatur Sipil Negara sebagai pelayan publik menjadi
indikator penting bagi masyarakat dalam memberi penilaian terhadap kinerjanya
sebagai aparatur negara. Jika Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan masih terikat
dengan politik praktis, hal ini akan berpengaruh pada setiap perencanaan dan
pelaksanan kebijakan yang tidak sepenuhnya memihak pada kepentingan umum yaitu
kepentingan masyarakat dan negara.
Kehadiran Bawaslu ibarat kelompok yang baik dalam menyelenggarakan pemilu,
dan suksesnya Pilkada tidak hanya memerlukan kehadiran KPU saja, namun juga
dukungan Bawaslu. Hal ini mengingat posisi pengawasan yang diajukan oleh Bawaslu,
dimana Pilkada harus berbudi luhur, setia, bersatu, dan bersifat publik, bebas, rahasia,
jujur, dan adil guna menjamin pemilu yang berkualitas. Oleh karena itu dalam persoalan
ini membutuhkan adanya pengawasan netralitas Aparatur Sipil Negara tepatnya di Kota
Jambi dalam pemilihan kepala daerah supaya tidak terjadi perbuatan buruk dalam
berpolitik. Lembaga pengawasan dalam pemilihan kepala daerah Kota Jambi adalah
Badan Pengawas Pemilu Kota Jambi yang mempunyai peran penting dalam menangani
persoalan ini.
Pendekatan penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mengkaji pertanyaan
penelitian ini. Hal ini didasarkan pada terminologi Creeks dan Miller dan mewakili
tradisi penelitian ilmu sosial berdasarkan pengamatan manusia di bidang yang
berhubungan dengan orang-orang ini dalam bahasa dan terminologi. Penelitian ini
dilakukan dengan memahami dan menafsirkan fakta empiris berdasarkan fenomena
yang perlu dipahami dan ditafsirkan berdasarkan pemahaman penulis selanjutnya,
dibandingkan dengan pengaruh pandangan peneliti sebelumnya.