Uhkuwah Islamiyah, sebagai prinsip persaudaraan dalam ajaran Islam, menjadi landasan penting dalam membangun hubungan sosial di kalangan umat Muslim. Di Pulau Betung, Pemayung, Batanghari, praktik persaudaraan ini diwujudkan melalui tradisi makan pundutan, yaitu kegiatan makan bersama yang diadakan saat perayaan hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri. Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan terus menjadi simbol kebersamaan, gotong royong, serta nilai-nilai keislaman di masyarakat setempat. Melalui tradisi ini, masyarakat tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga menjalankan prinsip-prinsip ukhuwah yang menjadi cerminan kesempurnaan iman. Penelitian ini mengkaji pembiasaan tradisi makan pundutan sebagai wujud dari Uhkuwah Islamiyah, dengan fokus pada praktiknya di Pulau Betung sebagai bagian dari studi living hadis.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan lapangan, yang melibatkan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Wawancara dilakukan dengan berbagai anggota masyarakat untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang persepsi dan praktik mereka terkait pembiasaan makan pundutan. Observasi dilakukan untuk melihat langsung bagaimana pembiasaan ini dilaksanakan dan bagaimana nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah diterapkan dalam konteks tersebut.
Pembiasaan makan pundutan yang di lakukan oleh masyarakat di pulau betung mencermikan bentuk dari ukhuwah Islamiyah pembiasaan yang terus-menerus di laksanakan termasuk sebuah tradisi karena pembiasaan tersebut sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu sampai sekarang. Masyarakat setempat memahami bahwa pembiasaan ini merupakan bentuk dari ukhuwah Islamiyah, pembiasaan ini mengikat mereka dalam sebuah kebersamaan yang sudah lama terjaga. Oleh karena itu, pembiasaan makan pundutan tetap dilestarikan hingga hari ini.
Kata kunci: Studi Living Hadis, Hadis, Ukhuwah Islamiyah, Makan Pundutan