Pengobatan dengan menggunakan benda najis hingga saat ini masih menjadi perdebatan, karena setidaknya ditemukan dua hadis yang tampak seperti bertentangan. Dua hadis itu adalah hadis yang membolehkan berobat dengan benda najis dalam Shahih al-Bukhariy no.233 dan hadis yang melarang melakukannya dalam Sunan Abu Daud no.3874. Riset ini bertujuan menelisik bagaimana pengobatan dengan benda najis dalam perspektif Hadis, dengan cara meneliti kualitas kedua hadis di atas, dan kontekstualisasi kedua hadis pada kasus transplantasi katup jantung babi pada manusia.
Riset ini menggunakan metode penelitian kualitatif library Research dengan mengambil data primer dari Shahih Bukhariy dan Sunan Abi Dawud, serta data sekunder dari buku-buku,jurnal ataupun web. Sedangkan untuk teknik analisis data peneliti menggunakan metode Content Analysis,untuk langkah penyelesaian Mukhtalif Al-Ahadithnya menggunakan metode Imam Al-Shafi'iy.
Riset ini menemukan bahwa hadis al-Bukhariy lebih kuat dibandingkan hadis Abu Daud yang memiliki kelemahan pada salah seorang perawinya. Ditemukan juga kebolehan berobat dengan benda najis, salah satunya dengan transplantasi katup jantung babi pada manusia, dengan pertimbangan dan syarat orang yang akan melakukan Transplantasi hendaknya sudah berusaha mencari alternatif pengobatan lain dengan sesuatu yang suci, tetapi tidak ditemukan atau sulit ditemukan. Kemudian apabila keadaannya terdesak dan dapat menghilangkan nyawa.