ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pemikiran Sayyid Qutb dalam kitab
tafsirnya Fi Zhilalil Qur’an yang berseberangan dengan mahkamat yang
dijalankan pada masa modern terkhusus pemikirannya pada aspek tauhid seperti
yang termaktub di dalam QS, Al-Maidah: 44-47, dimana pemikiranya dianggap
problematis ketika menjelaskan ketauhidan di dalam ayat tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis kepustakaan
(library research). Data primer diambil dari kitab Fi Zhilalil Qur'an karya Sayyid
Qutb, sementara data sekunder berasal dari buku, jurnal, dan penelitian terdahulu
terkait tafsir dan pemikiran Qutb. Analisis dilakukan secara deskriptif-analitis
untuk menjelaskan konsep ketauhidan Qutb, metode penafsirannya, serta
implikasi konsep tersebut pada era modern.
Hasil dari skripsi ini adalah penafsiran Sayyid Qutb terhadap (Q.S AlMaidah: 44-47) adalah menyimpang dari penafsiran seluruh ulama’ Islam.
Penafsiran Sayyid Qutb justru sesuai dengan penafsiran kelompok Khawarij pada
masa khalifah Ali bin Abi Thalib. Para ulama menafsirkan ayat tersebut dengan
tiga penafsiran yaitu Pertama, makna kufur dalam ayat tersebut adalah dosa
besar, Kedua, bahwa seseorang dianggap kafir apabila tidak menerapkan hukum
Islam karena alasan hukum selain Islam lebih baik dari pada hukum Islam.
Ketiga, ayat tersebut diturunkan kepada orang-orang Yahudi, bahwa orang-orang
Yahudi yang tidak menerapkan hukum Islam adalah orang-orang kafir.
Kata Kunci: Tauhid, Hakimiyyah, Sayyid Qutb.