Beberapa tahun terakhir, analisis tafsir yang mengutamakan pendekatan kontekstual atau perspektif moder tapa dasar ulumul Qur'an secara eksplisit semakin marak bermunculan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena tafsir yang dihasilkan tanpa dasar Ulumul Qur'än yang kuat seringkali memicu Kerancuan dalam pemahaman dan penerapan ajaran al-Quran. Ma'na-Cum- Maghza sebagai produk tafsir kontekstual di era kontemporer sangat booming dijadikan sebagai pisau analisis di Indonesia. Namun, dalam perkembangannya, kajian Ma'na-Cum-Maghza
secara umum m a s h didominasi oleh kajian interpretasi teks dalam artian mengkaji ulang penafsiran teks-teks ayat al-Qur'an ataupun hadis. Keresahan ini yang melatabelakangi peneliti mencoba untuk melihat sejauh mana implementasi Ulumul Qur'an diintegrasikan dengan hermeneutika yang digunakan pada metodologi Ma'na-Cum-Maghza.
Penelitian ini merupakan riset kepustakaan menggunakan pendekatan analisis isi (content
analysis) dengan objek Buku "Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur'an" karya Sahiron Syamsuddin, yang dianalisis melalui referensi buku "Al-Itgan Fi Ulum Al-Qur'an" karya Jalaluddin A-s Suyuthi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metodologi ma'na cum maghza tidak hanya memberikan perspektif baru dalam memahami dimensi makna al- Qur'an, metode ini berhasil mengimplementasikan indikator-indikator Ulumul Qur'an yang tepat dengan mempertimbangkan aspek linguistik, historis dan konteks sosial. Integrasi hermeneutika dan Ulumul Qur'an menghasilkan penafsiran yang lebih kontekstual, melampaui makna literal teks, serta mengedepankan nilai-nilai universal wahyu. Hal ini membantu menjembat ani teks klasik dengan tantangan modern, memberikan makna yang relevan bagi kehidupan
amat Islam masa kini.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Aplikasi Ma'na Cum Maghza dalam a-l Qur'an memiliki peran yang begitu signifikan dan terbukti efektif untuk mengkontekstualisasikan teks al-Qur'an dengan realitas kontemporer. Contoh aplikasinya, dalam QS. Al-Bagarah [2]:191 menekankan keadilan dan toleransi dalam menghadapi konflik, menolak pemaknaan yang semata-mata tekstual tentang hukum perang. Sementara itu, pada QS. Al-Bagarah [2]:223, mengutamakan kasih sayang dalam relasi suami-istri, sehingga menjadi solusi atas Kekerasan seksual dalam rumah tangga. Sedangkan, pada QS. Al-Haji [22]:39-40 yang sering dimaknai sebagai legitimasi perang, ternyata justru menyoroti pentingnya kerukunan antarumat beragama dan perlindungan kebebasan beragama, relevan untuk menciptakan harmoni sosial.