Perceraian merupakan satu fenomena yang sering berlaku dalam institusi perkawinan bukan sahaja di Negara Malaysia tetapi juga berlaku di seluruh Dunia. Malah lebih membimbangkan lagi apabila perceraian yang berusia 40 sehingga 60 ini semakin parah. Perceraian yang berlaku bukan sahaja memberi dampak pada diri individu itu sendiri tetapi juga memberi dampak yang negatif kepada orang-orang sekitarnya termasuklah anak-anak, keluarga dan masyarakat. Maka penulisan ini adalah bertujuan untuk menerangkan lagi faktor-faktor terjadinya perceraian yang sering berlaku dalam rumah tangga terutamanya dalam pasangan dewasa pertengahan dan juga, membahaskan mengenai pertimbangan Hakim dalam memutuskan perceraian tersebut. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahkamah Rendah Syariah Daerah Bera, Pahang, Malaysia. Sementara itu, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris, yang mana pendekatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan dan untuk sumber-sumber data terbagi kepada dua yaitu data primer, data primer ini diperoleh secara langsung melalui wawancara yaitu Hakim Mahkamah Rendah Syariah Daerah Bera, Pahang dan data sekunder yaitu hasil kutipan dalam bentuk Enakmen, buku-buku, jurnal-jurnal hukum dan juga dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut, pertama faktor-faktor terjadinya perceraian terhadap pasangan dewasa pertengahan adalah masalah keluarga, masalah keuangan, kurangnya komunikasi antara pasangan. masalah kecanduan, dan tidak mempunyai keturunan atau anak. Kedua, pertimbangan Hakim dalam memutuskan perceraian terhadap pasangan dewasa pertengahan adalah berlaku adil antara kedua belah pihak, melihat bukti yang ada, mengikut enakmen atau undang-undang keluarga Islam di setiap Negeri (Provinsi), dan mematuhi arahan amalan yang ditetapkan.