PERBANDINGAN PEMIKIRAN TAFSIR KH. HUSEIN MUHAMMAD DAN FAQIHUDDIN ABDUL KODIR MENGENAI AYAT-AYAT GENDER DALAM AL-QUR’AN

Diskursus kepemimpinan perempuan dan poligami pada era modern masih
menjadi polemik. Karena para ulama dan sarjana al-Qur’an berbeda pendapat
dalam memahami teks al-Qur’an dan Hadis, khususnya QS. al-Baqarah[2] : 30,
QS. an-Nisa’[4] : 34, dan QS. an-Nisa’[4] : 3. Oleh karena itu penelitian ini
bertujuan melihat perbedaan pemikiran tafsir antara KH. Husein Muhammad dan

Faqihuddin Abdul Kodir dalam menafsirkan QS. al-Baqarah[2] : 30, QS. an-
Nisa’[4] : 3 dan 34, yang berkaitan dengan dua diskursus diatas. Penelitian ini

termasuk jenis penelitian pustaka (library research) dengan menggunakan metode
deskriptif-analitis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Faqihuddin Abdul Kodir dan KH.
Husein Muhammad berbeda memahami ayat poligami dan kepemimpinan dalam
al-Qur’an. Berdasarkan QS. An-Nisa[4]: 3, Faqihuddin, memahami bahwa
poligami adalah tidak termasuk sunnah Nabi Muhammad SAW, kerena praktek
poligami dapat menzolimi perempuan. Sedangkan, bagi KH. Husein Muhammad,
poligami diperbolehkan dengan syarat yang ketat,yaitu keadilan secara material
(al-qisṭ) dan mental-psikologis (al-adl).
Dalam kasus kepemimpinan perempuan, kedua sarjana ini mempunyai
pendapat yang sama. QS. al-Baqarah[2] : 30, dan QS. an-Nisa’[4] : 34 di pahami
oleh Faqihuddin, sebagai dalil bahwa laki-laki dan perempuan memilki hak yang
sama menjadi pemimpin dirana publik. Penafsiran tersebut sejalan dengan
pendapat KH. Husein Muhammad, yang berargumen bahwa penciptaan laki-laki
dan perempuan sama. Oleh karena itu hak laki-laki dan perempuan untuk menjadi
pemimpin dalam ruang publik adalah sama.