ABSTRAK

Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui praktik
jual emas tanpa surat yang ada di desa lubuk resam, dan untuk mengetahui
pandangan Hukum Islam terhadap jual beli emas tanpa adanya surat. Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi,
kemudian peneliti melakukan analisis dengan metode deskriptif analisis kualitatif
dengan pendekatan berfikir menggunakan metode induktif. Data primer diperoleh
langsung dari responden mengenai pelaksanaan jual beli emas tanpa surat,
sedangkan data sekunder berupa teori-teori dan norma hukum serta data
penunjang lainnya diperoleh dari kepustakaan, dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dalam praktik jual beli emas tanpa surat belum sesuai dengan
Hukum Islam karena dalam pelaksaannya terdapat salah satu pihak yang
dirugikan, sedangkan dalam jual beli tidak boleh ada unsur keterpaksaan dan
keraguan, dan ada unsur suka rela. Hal ini pula masuk kedalam unsur riba karena
didalam praktiknya pihak toko mengambil banyak keuntungan dari harga
penjualan emas pada umum nya, dan merugikan pihak yang menjual emas, dan
terdapat unsur gharar didalam praktiknya yaitu ketidak jelasan kedua belah pihak
pada saat transaksi jual beli diawal pembelian emas, toko emas tidak menjelaskan
tentang pentingnya surat dan akibat jika surat itu hilang. Dan juga ada keraguan
oleh pihak toko kepada penjual emas terhadap emas yang akan dijual tersebut,
apakah memang benar emas yang akan dijual adalah emas miliknya sendiri atau
emas hasil curian, karena setiap penjual emas selalu berargumen bahwa emas
tersebut miliknya.

Kata Kunci: Jual Beli, Emas, Tanpa Surat, Hukum Islam