ABSTRAK

Warisan adalah hak ahli waris tanpa batas umur bagi ahli waris. Harta yang
diperoleh melalui warisan anak adalah sepenuhnya milik anak, tetapi karena anak
belum mengetahui cara mengurusnya, maka menjadi tugas wali untuk
mengurusnya. Hal inilah yang kemudian menarik minat peneliti untuk
meneliti.Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan atau
perilaku yang diamati dari individu.
Hasil penelitian yang dapat diambil antara lain; 1) Praktek pengelolaan harta
waris anak yang dalam perwalian di Kelurahan Pauh dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut; yang kebanyakan harta tersebut berupa tanah dikelola secara
mandiri. Mengenai jumlah atau besaran harta yang dibolehkan untuk diambil, wali
mencampur adukkan hartanya dengan hasil dari pengelolaan harta anak tersebut
sehingga sulit untuk diketahui. Untuk memenuhi nafkah, para wali berusaha untuk
tidak menggunakan harta waris yang diamanahkan kepadanya. Penyerahan harta
kepada anak dilakukan setelah anak tersebut telah berusia 21 tahun atau telah
menikah. 2) Di Kelurahan Pauh, pengurusan harta waris anak di bawah perwalian
harus dilakukan oleh wali anak, yaitu kepada kerabat terdekat yang masih dalam
garis perwalian yang sama. Namun, perwalian dilaksanakan dengan beberapa
peraturan, yaitu. wali tidak boleh mencampurkan hartanya dengan harta anak yang
berada di bawah perwaliannya. Wali juga dilarang mengkonsumsi harta anak
secara berlebihan, dan wali wajib mengembalikan harta anak ketika sudah
dewasa. Hal ini tertuang dalam beberapa ayat Al-Qur'an yaitu QS. Surat Al-Nisa'
ayat 2 dan ayat 6 serta QS. Al-Isra ayat 34. Mengenai pengurusan harta anak
yatim Kelurahan Pauh sebagian besar mengikuti ketentuan syariat Islam. Dan
sebagian kecil tidak sesuai dengan hukum Islam, karena dalam kasus di mana wali
membelanjakan harta anak yatim terlalu banyak, mereka malah ingin mengambil
alih harta tersebut.
Kata kunci : Pengelolaan, Harta Waris Anak , Persepektif Hukum Islam