Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis profesionalisme guru, upaya
kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme guru, serta faktor
penghambat dan pendukung dalam meningkatkan profesionalisme guru di Pondok
Pesantren Tarbiyatussa’ adataini Tebo Ilir Jambi. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif dengan data yang dikumpulkan berupa data primer
dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan
dokumentasi dan analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa profesionalisme guru di pondok pesantren Tarbiyatussa’adataini Tebo Ilir
Jambi dari aspek kompetensi kepribadian dan sosial sudah tercapai dengan baik,
dimana guru sudah memiliki kepribadian yang dapat dijadikan panutan dan
mampu bersosialisasi dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, serta
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Sementara itu, Profesionalisme
guru dari aspek kompetensi pedagogik dan professional belum tercapai optimal
karena banyak tenaga pendidik di sekolah tersbeut yang tidak sesuai dengan
bidang keahliannya, sehingga belum memahami potensi dan keberagaman peserta
didik, serta guru belum memiliki kemampuan penguasaan terhadap materi
pembelajaran dengan lebih luas dan mendalam. Upaya kepala sekolah untuk
meningkatkan profesionalisme guru di Pondok Pesantren Tarbiyatussa’adataini
Tebo Ilir Jambi meliputi mengikutsertakan guru dalam kegiatan pelatihan (diklat)
dan kegiatan MGMP. Akan tetapi, upaya tersebut belum dilakukan secara optimal
karena kegiatan pelatihan (diklat) dan kegiatan MGMP belum dilakukan secara
rutin dan tidak ada pengawasan, sehingga tidak ada tindak lanjut terhadap
perubahan profesionalisme guru. Faktor penghambat dalam meningkatkan
profesionalisme guru di Pondok Pesantren Tarbiyatussa’ adataini Tebo Ilir Jambi
meliputi kurangnya sarana dan prasarana unuk menunjang keterampilan guru,
kurangnya keterlibatan para ahli untuk melaksanakan pelatihan dan pengawasan
terhadap hasil pelatihan, serta keterbatasan jumlah pendidik yang sesuai dengan
kualifikasi latar belakang pendidikan.