Hukum Perlindungan Konsumen merupakan topik yang sangat menarik dan
menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Selama masih banyak konsumen yang
dirugikan, masalah tidak akan pernah selesai. Ekonomi Islam dalam perlindungan
konsumen meliputi perlindungan terhadap zat, proses produksi, distribusi, tujuan
produksi, sampai pada akibat mengonsumsi barang dan/atau jasa tersebut. Seperti
transaksi jual beli buah parsel yang terjadi di pasar buah Kota Jambi juga
memerlukan perlindungan terhadap hak-hak konsumen karena tidak semua
konsumen yang membeli buah parsel yang telah dikemas namun kondisi buah di
dalamnya terdapat buah yang sudah layu atau tidak segar lagi, ataupun terdapat
cacat pada kondisi buahnya. Dalam Skripsi ini peneliti akan membahas mengenai
Praktik jual beli Buah Parsel di Pasar Buah Kota Jambi, Perlindungan Hukum atas
Hak-Hak Konsumen terhadap praktik jual beli Buah Parsel di Pasar Buah Kota
Jambi, dan Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah dalam Praktik jual beli Buah Parsel
di Pasar Buah Kota Jambi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat yuridis normatif, dengan cara mengumpulkan data observasi ke lapangan,
wawancara, serta dokumentasi. Setelah dilakukan analisis secara mendalam dapat
disimpulkan bahwa praktik jual beli buah parsel di Pasar Buah Kota Jambi dapat
dilakukan dengan cara langsung membeli buah parsel yang telah dikemas maupun
memesan atau memilih buah sendiri sesuai keinginan konsumen. Jual beli buah
parsel di pasar buah ini telah menerapkan beberapa hak dan kewajiban bagi
konsumennya seperti yang dimaksud dalam pasal 4, 7, dan 45, tetapi belum
sepenuhnya maksimal karena konsumen tidak mendapatkan informasi yang jelas
seperti yang tercantum dalam pasal 8 ayat 2 dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Menurut tinjauan Hukum
Ekonomi Syariah, praktik jual beli buah parsel ini telah menerapkan hak Khiyar
yaitu hak memilih bagi konsumen dalam bertransaksi, penjual juga memberikan
ganti rugi kepada konsumen yang mendapat barang dan terdapat cacat di
dalamnya demi kemaslahatan. Kemudian praktik jual beli di sini masih
mengandung Gharar, Gharar di larang dalam Islam karena terdapat
ketidakjelasan dalam produk yang di jual, Gharar di larang dalam Islam.