Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyelesaian tindak pidana
pencurian karet menurut hukum positif dan hukum pidana Islam yang
belum optimal. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah mengapa
penyelesaian tindak pidana pencurian karet secara hukum positif dan
hukum pidana Islam belum optimal. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analitis. Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian dilakukan dengan melakukan kajian lapangan dengan sejumlah
literatur primer dan sekunder yang membahas penyelesaian tindak pidana
pencurian karet menurut hukum positif dan hukum pidana Islam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses penyelesaian tindak
pidana pencurian karet dilihat dari dengan hukum positif dilakukan dengan
penyelesaian kasus tindak pidana pencurian getah karet yaitu dengan
cara „damai‟ adapun cara damainya ada dua macam yaitu pencuri
mengembalikan barang curian kepada korbanya dan tidak mengurangi
sedikitpun, kemudian pencuri mengembalikan barang curiannya dengan
mengganti dengan uang sesuai dengan kesepakatan antara tersangka
dan korban. Adapun dalam kasus tindak pidana pencurian dalam
menyelesaikannya secara hukum Islam adalah hukum potong tangan, itu
dapat dilakukan apabila hukum pencuri itu telah sampai kepada hakim
dan telah memenuhi syarat atau kadar dari nisab barang yang dicuri,
apabila nisab barang itu tidak sampai maka hukuman Takzir yang
dijalankan yaitu sesuai dengan keputusan hakim qodhi..
Kesimpulan penelitian ini adalah proses penyelesaian tindak pidana
pencurian karet sudah sesuai dengan hukum positif, namun belum sesuai
dengan hukum Islam karena Indonesia bukan menganut sistem Negara
Islam. Namun prinsip Islam sudah diterapkan misalnya berdamai dalam
menyelesaikan perkara hukum.