Pernikahan ulang bagi muallaf merupakan isu hukum yang muncul ketika seseorang memeluk Islam sementara ia telah menikah dalam agama sebelumnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan tokoh agama terhadap keabsahan pernikahan sebelum masuk Islam, dan apakah diperlukan pernikahan ulang menurut hukum Islam. Beragamnya pemahaman masyarakat serta kurangnya sosialisasi tentang hukum pernikahan muallaf juga menjadi tantangan yang diidentifikasi di Kota Jambi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pandangan tokoh agama di Kota Jambi terhadap praktik pernikahan ulang bagi muallaf berdasarkan perspektif hukum Islam, serta menilai urgensi pernikahan ulang tersebut melalui pendekatan maqashid syariah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara dengan lima tokoh agama di Kota Jambi serta dokumentasi dan studi pustaka. Analisis dilakukan dengan meninjau aspek-aspek maqashid syariah, yaitu perlindungan terhadap agama (hifz al-din), keturunan (hifz al-nasl), dan kehormatan (hifz al-‘ird). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tokoh agama memandang pernikahan ulang bagi muallaf sebagai langkah penting, terutama jika hanya salah satu pasangan yang memeluk Islam. Dalam perspektif maqashid syariah, pernikahan ulang dipandang sebagai sarana menjaga keabsahan rumah tangga, mencegah perzinahan, serta menegakkan nilai-nilai keislaman dalam keluarga. Jika kedua pasangan masuk Islam, akad ulang tidak diwajibkan tetapi dianjurkan sebagai bentuk peneguhan komitmen islami. Peran tokoh agama dan lembaga keagamaan dinilai sangat penting dalam memberikan pemahaman dan bimbingan kepada para muallaf.